Menu HTML

.

Jumat, 23 Oktober 2015

“Climate Week” 2015

Memenuhi undangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim Jakarta, sebagai salah satu Pembicara atau Pemateri pada acara  kegiatan “Climate Week” 2015 dengan tema “Building Climate Change at Regional, National and Local Level” di Jakarta mulai tanggal 6-9 Oktober 2015 beberapa hari yang lalu. 
Percaya diri saja, 
meski dari daerah, 
terlebih hanya lingkup RW,
 tapi mendunia. Hix.. hix..hix

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Bappenas, United Nations Development Programme (UNDP) dan Indonesia Climate Alliance (ICA) yang merupakan konsorsium beberapa lembaga yang peduli dengan isu perubahan iklim, dengan peserta yang hadir dari berbagai propinsi di Indonesia dan tamu luar negeri bertempat di Hotel Crowne Jl. Gatot Subroto Jakarta Selatan. (biaya pake kas RW)

Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak dari pengambil kebijakan, akademisi, praktisi dan masyarakat yang langsung menangani upaya membangun ketahanan iklim di berbagai level.


Satu lagi Kelompok Masyarakat yang lumayan peduli pada Pengelolaan Lingkungan Kota Cirebon, yaitu RW 08 Merbabu Asih Kelurahan Larangan, dengan nama KSM Secerah Pagi, mendapat pengakuan Nasional dan nyerempet Internasional.

RW 08 Merbabu Asih Kelurahan Larangan Kota Cirebon menyampaikan bahasan dengan judul Inisiatif Komunitas untuk Ketahanan Wilayah Perkotaan dengan topik Pembelajaran dari Program Desa Berketahanan Iklim – PROKLIM oleh RW 08 Merbabu Asih Kota Cirebon.
Diharapkan di daerah lain harus lebih giat &
lebih baik dari pada RW 08 Merbabu Asih Kota Cirebon.
Itulah Jiwa Besar...
Dengan pemaparan sederhana namun lugas, gaya bahasa yang sedikit nyeleneh membuat suasana peserta seminar menjadi lebih hidup. Bayangkan... mereka sudah 3 hari mengikuti kegiatan. Cukup penat. 
Seketika seluruh peserta memberikan applause (tepuk tangan) ketika mendengar paparan konsep sederhana namun memiliki bobot pengaruh yang besar terhadap perubahan iklim. Diharapkan ke depannya, istilah-istilah teknis yang selama ini menghalangi publik untuk dapat ikut terlibat dalam dialog / diskusi kebijakan terkait perubahan iklim dapat diminimalisir.

Seusai pemaparan, kembali diambil gambarnya... 
bukti bahwa kami telah melakukan tugas berat ini. 
Ya Alloh, tetaplah kami dengan kesederhanaan 
dan memberikan yang terbaik walau baru kecil2an.
Kemudian, publik perlu tahu siapa yang diuntungkan dan siapa yang terugikan ketika sebuah kebijakan tentang perubahan iklim dibuat. Karena persoalan perubahan iklim bukan hanya sekedar persoalan lingkungan hidup semata, melainkan memiliki dampak ekonomi yang signifikan. 
Mencetak generasi penerus pengelolaan lingkungan, dapat ditekankan dengan pendidikan lingkungan usia dini. Lalu kepada semua pihak agar berbijak lah untuk memberikan apresiasi kepada gerakan ini. Jangan takut sebagai pengurang untuk memberikan reward kepada anak-anak generasi lingkungan hidup. 
Beberapa pertanyaan dari peserta.
Ya tak gentar lah. Secerah Pagi jeh…!
Kebangetan memang.... Kalau Tuhan saja yang Maha Pengasih dan Penyayang, setiap detik memberikan berbagai kenikmatan kepada kita, dan berupa pahala bagi yang melakukan kebaikan. Tapi seringkali kita sebagai ciptaan NYA jarang-jarang kita saling memberikan penghargaan. Ya sudah, yakinlah bahwa pengakuan dan apresiasi paling tinggi yang diharapkan adalah dari Tuhan pemilik semesta raya ini. 
Tetap Semangat!!!

Catatan Kaki:
Mengingat pentingnya informasi dan materi yang disampaikan, kami berharap Walikota berpartisipasi aktif menugaskan minimal 1(satu) orang dari unsur peserta di atas.
Kegiatan ini akan melibatkan berbagai pihak dari pengambil kebijakan, akademisi, praktisi dan masyarakat yang langsung menangani upaya membangun ketahanan iklim di berbagai level.
Kepala Dinas DPUPESDM Kota Cirebon,
hadir di acara tersebut dan memberikan
apresiasi kepada kami. Kesuwun Pak Haji..!
Jakarta (ANTARA News) - Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar mengatakan, masyarakat kurang memperdulikan perubahan iklim sehingga masih banyak yang tidak mengetahui isu besar nan global yang mengubah total kehidupan.
"Perubahan iklim itu bukan tentang besok hujan atau tidak. Namun peningkatan suhu bumi karena pemanasan global akibat tingginya bahan bakar fosil seperti karbon dioksida (CO2) yang berakibat bagi perubahan kehidupan," kata Rachmat usai menjadi pembicara dalam "Climate Week" yang diadakan Indonesia Climate Alliance (ICA) di Jakarta, Rabu.
Rachmat kecewa masalah iklim hampir tidak pernah dibawa dalam visi misi seseorang yang mencalonkan diri menjadi kepala daerah di Indonesia, karena perubahan iklim masih dianggap isu yang tidak populer dan tidak bisa mendatangkan suara pemilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar