Masih segar dalam ingatan kami, ketika Tim KSM Secerah Pagi diskusi kecil dengan Bapak Ir. H. Yoyon Indrayana, MT, salah satu tokoh intelektual Kota Cirebon. “Apa yang kita injak ketika turun dari stasiun kereta? Ketika turun dari gedung – gedung perkantoran?”
Statement beliau sangat nyambung dengan program kita. Hal ini menyadarkan kita semua bahwa telah berkurangnya lahan resapan hampir di setiap wilayah. Seharusnya kita prihatin dengan kondisi tutupan lahan berupa gedung-gedung, jalan, kurangnya daerah resapan air, kebiasaan membuang sampah sembarangan, dsb. Memang tidak semudah membalikan tangan ketika berupaya merubah kerangka pola pikir masyarakat dalam sekejap. Butuh waktu dan kesempatan, butuh segalanya.
Kami pun telah mencoba apa yang diisyaratkan dengan sebuah upaya membangun resapan tetapi berfungsi sebagai akses jalan. Yaitu dengan merubah kondisi eksisting jalan yang semula dengan hotmix menjadi paving block dengan kualitas baik.
Kegiatan dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilaksanakan di kampung kami pun mendapat dukungan dari Bapak Ir. Agung Soedijono, MT (Kepala KLH Kota Cirebon) dengan memberikan bantuan komposter dan mesin pencacah daun. Seperti apa yang diharapkan KLH Kota Cirebon, bahwa bantuan tersebut dapat diefektifkan pemanfaatannya sehingga dapat mereduksi sampah di skala RW.
Begitu juga apa yang disampaikan oleh Bapak Trisunu Basuki, ST, salah satu pejabat di DPUPESDM Kota Cirebon saat kunjungan kerja di kampung kami. Beliau memberikan perhatian dan sekaligus apresiasi dengan apa yang sedang kita laksanakan. Yaitu pembangunan jalan setapak dengan paving block.
Resapan air sangat diperlukan, bukan hanya untuk mencegah banjir tetapi juga untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas air tanah. Menurut para ahli, kondisi jalan dengan menggunakan paving block dapat menyerap air hujan kurang lebih 30%. Disamping itu, keuntungan penggunaan paving block (sama sekali bukan promosi atau berpihak kepada pengusaha paving block) sebagai bahan penutup jalan setapak adalah sebagai berikut:
- Paving block bersifat ramah lingkungan karena struktur paving block yang memberikan ruang untuk air meresap ke dalam tanah sehingga cukup baik bagi konservasi air tanah.
- Dari segi pengerjaannya, material perkerasan ini mudah pemasangan, pemeliharaan dan perbaikannya.
- Memiliki nilai estetika yang lebih baik jika dibandingkan dengan material perkerasan jalan lain, karena paving block dapat dipasang membentuk motif-motif tertentu sesuai dengan bentuk paving.
Berdasarkan SNI 03-0691-1996, paving blok (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, seperti air dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton. Keunggulannya dalam menyerap air memberi dampak meningkatnya jumlah air tanah yang dari tahun ke tahun terus berkurang.
Salah satu implikasi terjadinya perubahan lingkungan ini, dijelaskan Homer-Dixon, dkk. (1993), dapat disebabkan oleh kegiatan manusia dalam tiga cara, yaitu:
- Kegiatan manusia dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas sumber daya, terutama jika sumber daya dieksploitasi dengan tingkat kecepatan yang melebihi daya pulih nya. Dikatakan bahwa manusia hidup lebih banyak mengorbankan sumber daya alam daripada untuk kepentingan sumber daya tersebut.
- Penurunan atau kelangkaan sumberdaya disebabkan oleh pertumbuhan penduduk. Dengan bertambahnya penduduk, tanah dan air yang jumlahnya tetap sama sudah barang tentu dimanfaatkan oleh lebih banyak orang. Hal ini berarti jumlah pemakaian tanah dan air per orang semakin berkurang.
- Akses terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang tidak seimbang juga akan menyebabkan banyak persoalan.
Upaya yang sudah masuk dalam program kelembagaan kampung kami antara lain:
- Membuat sumur resapan di halaman rumah, atau sekolah.
- Menyisakan lahan terbuka untuk resapan air, tidak menghabiskan semua lahan untuk bangunan.
- Memilih paving block untuk jalan dan halaman, bukan semen atau aspal agar air hujan meresap dengan cepat.
- Tidak sembarangan mengambil air dalam tanah (artesis) karena dalam jangka panjang menyebabkan intrusi air laut.
Dalam konteks kedaerahan, maka pemerintah daerah harus benar-benar komitmen dan serius dalam hal manajemen pengelolaan lingkungan di wilayah kerja nya. Dengan telah diterapkan nya otonomi daerah, maka setiap daerah memiliki porsi yang besar dalam pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki nya. Sehingga masalah ini menjadi sesuatu keniscayaan yang patut ditafakuri oleh kita untuk mencari solusi terbaiknya.
Jika hal itu tidak dilakukan secara bijaksana, tentu akan menciptakan kondisi tidak layak untuk hidup populasi manusia. Selain tentunya, tanpa diragukan, akan menciptakan konflik-konflik sosial dan politik, penyakit menular, penurunan kesehatan dan kebersihan lingkungan secara besar-besaran.
Mari bersama-sama kita selamatkan lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Akhirnya, patut kita renungkan bahwa tingkat kemampuan bumi dalam memenuhi kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam tidak ditentukan oleh berapa banyak manusia yang mempergunakan sumber tersebut, melainkan ditentukan jumlah sumber daya alam yang dikonsumsi setiap orang. Jadi, kita harus mengedepankan manajemen pengelolaan lingkungan ini, demi kelangsungan generasi berikutnya.
Tetap semangat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar